Komunitas Filsafat™ » Beranda Filsafat » » Metafisika dan Beberapa Tafsirannya (2)

Metafisika dan Beberapa Tafsirannya (2)

Gaosur Rohim Wednesday, April 24, 2013 2 Comments
Metafisika dan Beberapa Tafsirannya (2)
Dalam beberapa tafsiran metafisika, selain timbulnya kontroversi (ta'arudh) antara Animisme dengan Materialisme, masih ada empat aliran kepercayaan lainnya yang saling bertentangan (bertolak belakang), yakni Mekanistik dengan Vitalistik, dan Monistik dengan Dualistik.


Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa kaum Mekanistik itu melihat gejala-gejala alam (termasuk makhluk hidup) hanya sekedar merupakan gejala kimia-fisika semata. Sedangkan bagi kaum Vitalistik, hidup adalah "sesuatu yang unik", yang berbeda secara substantif dengan proses-proses yang sedemikian rupa.

Paham Animisme, merupakan aliran kepercayaan yang berdasarkan pemikiran-pemikiran supranaturalisme, dimana mereka mempercayai adanya roh-roh yang bersifat ghaib (transendental) yang terdapat pada suatu benda. Sedangkan paham Materialisme, adalah aliran kepercayaan yang berdasarkan kepada pemikiran-pemikiran naturalisme, dimana mereka percaya bahwa gejala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan-kekuatan yang bersifat ghaib (transendental), melainkan oleh kekuatan-kekuatan yang ada dalam alam itu sendiri.

Di sisi lain, kaum Monistik mempunyai i'tikad bahwa "tidak ada perbedaan" antara pikiran (kesadaran) dengan zat (dzatiah). Bagi mereka, yang berbeda hanyalah : dalam gejala-gejala yang disebabkan oleh suatu proses yang berlainan/berlawanan/bertolak belakang, tetapi tetap saja mempunyai substansi yang sama. Sedangkan kaum Dualistik, mempunyai i'tikad bahwa antara pikiran (kesadaran) dengan zat (dzatiah) adalah "sangat berbeda", yang bagi mereka berbeda adalah sui generis secara substantif.

Filsuf yang menganut paham Dualistik ini di antaranya adalah RENE DESCRATES alias CARTESIUS (1596-1650 M.) yang dikenal sebagai "Bapak Filsafat modern", JOHN LOCKE (1632-1714 M.), GEORGE BERKELEY (1685-1753 M.) dan lain-lain. Nah, ketiga ilmuwan ini berpendapat bahwa apa yang ditangkap oleh pikiran, termasuk penginderaan dari segenap yang dialami manusia, adalah bersifat mental.

1. Rene Descrates (Cartesius)
Bagi Descrates, maka segala sesuatu yang bersifat nyata itu adalah pikiran, sebab dengan berpikirlah maka sesuatu itu lantas ada. "Aku berpikir maka Aku ada" (Cogito ergo sum). Descrates ini mulai menyusun metode filsafatnya secara deduktif, berdasarkan pernyataan yang baginya merupakan kebenaran yang tidak bisa diragukan lagi.

Ada sebuah anekdot menceritakan bahwa setelah mengikuti filsafat Descrates, ada seorang mahasiswa datang menemui profesor yang mengajarkan filsafat tersebut. "Prof, terus terang Saya masih merasa ragu terhadap pernyataan Descrates itu, yang katanya bahwa pikiran adalah satu-satunya kenyataan yang tidak bisa diragukan....". Profesor itu hanya tersenyum sambil menatapnya dalam-dalam, "Siapa yang masih merasa ragu tersebut, kawan terpelajar ?!" (Otak udangmu itu, toh ?).1)

Kebenaran memang ada, dan kebenaran dapat dikenal, asalkan jiwa kita berusaha untuk membebaskan diri dari isinya yang semula, meniadakan jalan dari luar ke dalam, dan mulai lagi dengan jalan dari dalam ke luar, seperti yang terjadi di dalam ilmu pasti.

Hanya ada "satu hal" yang tidak dapat diragukan. Mengenai "satu hal" ini, tidak ada satu orang pun yang dapat menipu atau memperdaya kita, termasuk iblis. Yaitu, bahwa Aku ragu-ragu (Aku meragukan segala sesuatu). Ini bukan khayalan, tapi kenyataan. "Aku ragu-ragu", atau "Aku berpikir", dan oleh karena Aku berpikir, maka Aku ada (Cogito ergo sum).2)

2. John Locke
John Locke sendiri menganggap bahwa pikiran manusia itu pada mulanya dapat diibaratkan sebagai sebuah "lempeng lilin" yang licin (tabula rasa), dimana pengalaman indera manusia kemudian melekat pada lempeng tersebut. Makin lama makin banyak pengalaman indera yang terkumpul. Dan kombinasi dari pengalaman-pengalaman indera ini, selanjutnya membuahkan ide-ide yang "kian lama kian rumit". Dengan demikian, pikiran manusia dapat diibaratkan sebagai organ yang "menangkap" dan "menyimpan" pengalaman-pengalaman indera itu sendiri.

Menurut John Locke, bahwa di dalam sebuah negara, suatu kekuasaan itu harus dibedakan antara kekuasaan yang memberi/menciptakan undang-undang (legislative), kekuasaan yang menjalankan pemerintahan (executive), dan kekuasaan yang menentukan antara peperangan dan perdamaian (federative). Rakyat tetap berada di atas kekuasaan pelaksana, sedangkan kekuasaan federatif harus senantiasa berjalan bersama-sama dengan kekuasaan eksekutif.3)

3. George Berkeley
Ilmuwan yang satu ini sangat terkenal dengan pernyataannya yang mungkin tidak tabu lagi di telinga kita, yakni To be is to be perceived (Ada adalah disebabkan persepsi). Di tembok sebuah universitas ternama, tertulis sebuah gravity mengenai hakikat tentang "ada" tersebut sebagai berikut :

  • To be is to be perceived          (BERKELEY)
  • To be or not to be                   (HAMLET)
  • To be do be do, dam ! dam !   (ARIE KUSMIRAN)4)

Siapa bilang filsafat, sastra, dan lagu tidak bisa berdampingan ? Bagi Berkeley, buah apel itu hanya ada dalam pikiran seseorang saja. "Jadi kalau tidak ada yang memikirkan buah apel itu, maka tidak akan ada ?", tanya seorang seniman. "Tetap saja ada !", Berkeley bersikeras. "Lalu ada di mana ?", tanya seniman itu lagi. Dan dengan mudahnya Berkeley menjawab : "Ya, buah apel itu ada dalam pikiran Tuhan !". (Memang, satu-satunya jawaban yang paling orisinil dalam masalah metafisika, ya, seperti ini !. Geleng Kemeny, namun sulitnya bagaimana kita mengetahui pikiran Tuhan itu sebenarnya).5)

Kelihatannya, makin kita masuk ke dalam labyrinth ini, makin berputar-putar kita di dalamnya. ".... Lalu apa kaitannya dengan ilmu yang sedang Saya pelajari, Prof ?", tanya seorang pemuda, yang semula memandang filsafat itu sebagai "subyek" yang mungkin dapat menarik minatnya. Setelah mendengarkan tentang spekulasi metafisika, perhatiannya dirasa surut kembali. "Begini, pada hakikatnya ilmu tidak bisa dipisahkan dengan metafisika, namun seberapa pun jauhnya kaitan tersebut, itu semua tergantung dari kita juga...", jawab sang profesor semungkin bisa. (Di sebelah kanan profesor itu adalah profesor-profesor metafisika, dan di sebelah kirinya adalah kanak-kanak yang serba ingin tahu dan belum mengenal dusta).

Ilmu merupakan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini sebagaimana adanya. Kalau memang itu tujuannya, maka kita tidak bisa melepaskan diri dari masalah-masalah yang ada di dalamnya, bukan ?. Makin jauh kita ber-avontur dalam penjelajahan ilmiah, maka masalah tersebut "mau tidak mau" akan timbul :

  • Apakah dalam batu-batuan yang sedang kita pelajari di laboratorium terpendam proses kimia-fisika, ataukah bersembunyi roh-roh halus ?
  • Apakah manusia yang begitu hidup: tertawa, menangis, dan jatuh cinta, semua itu proses kimia-fisika juga ?
  • Apakah pengetahuan yang kita dapatkan ini bersumber pada 'kesadaran mental', ataukah hanya 'rangsangan penginderaan' belaka ?


Semua permasalahan ini, sebenarnya telah menjadi "bahan kajian" ahli-ahli filsafat sejak dahoeloe kala. Tersedia segudang filsafat dalam menjawabnya. Maka dari itulah, sering dikatakan bahwa segala sesuatu pasti ada filsafatnya. Kita boleh "setuju" dengan mereka, dan kita boleh "tidak setuju" dengan mereka. Bahkan kita pun boleh mengajukan 'jawaban' filsafati kita.6)

Jadi, pada dasarnya tiap-tiap ilmuwan boleh-boleh saja mempunyai filsafat individual. Dia boleh saja menganut paham Mekanistik, dia boleh saja menganut paham Vitalistik. Dia boleh saja setuju dengan THOMAS HOBBES (1588-1679 M.) yang Materialistik, atau barangkali setuju dengan GEORGE BERKELEY (1685-1753 M.) yang Idelaistik. Boleh-boleh saja, kok !

Titik pertemuan kaum ilmuwan dari semua ini, adalah sifat pragmatis dari suatu ilmu. Misalnya, ada 2 orang dokter yang sedang mengukur tekanan darah seseorang (katakanlah pasien, sebab kalau bukan pasien, apa lagi ?), dan mengaitkannya dengan kadar cholesterol di dalamnya, maka bahwa yang seorang termasuk kubu Mekanistik, serta yang seorang lagi termasuk kubu Vitalistik. Dalam proses pemeriksaan medis yang saling bertolak belakang (ta'arudh) ini, komitmen filsafati mereka adalah tidak relevan lagi. Baru setelah kedua dokter itu selesai bekerja, dan menggantungkan jubah putihnya, mereka berpisah dengan memilih "koridor spiritualnya" masing-masing, yang berbeda dalam berkontemplasi dan memberikan makna.

".... Betapa luhurnya kakek tadi", bisik dokter yang satu. (Pasien yang tadi adalah seorang kakek-kakek yang sudah renta, menderita tekanan darah tinggi, namun terpaksa harus membanting tulang demi menghidupi keluarganya). Ah...., nunc scio quid sit Amor.

"Betapa keroposnya kakek tadi....", bisik dokter yang satunya lagi. (Yang dalam buku kecilnya tercatat : kolesterol 350, tekanan darah 90 X 180, kencing manis, asma, maag, etcetera....).7)

What is mind ? No matter ! What is matter ? Never mind !8)


Semoga ada manfaatnya !







1. Jujun Suparjan Suriasumantri, Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Sinar Harapan, 1990), hlm. 68.
2. Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 19.
3. Ibid., hlm. 39.
4. Suriasumantri, op. cit., hlm. 71.
5. John G. Kemeny, "A Philosopher Looks at Science", Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, ed. Jujun Suparjan Suriasumantri (Jakarta: Sinar Harapan, 1990), hlm. 69.
6. Suriasumantri, op. cit., hlm. 72.
7. Suriasumantri, op. cit., hlm. 73.
8. Komentar nenek Bertrand Russell kepada dia ketika dia menyatakan bahwa dia tertarik dengan metafisika. Dikutip dalam Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990), hlm. 73.








2 comments:

  1. Anonymous4:53 PM GMT+7

    Tolong biograpi aristoteles nya donk mas. Q tunggnu yua, makasih.

    ReplyDelete

Komentar, kritik dan saran yang bersifat membangun senantiasa kami terima dengan tangan terbuka.
Komentar Anda akan dianggap SPAM jika:
- Menyematkan Link Aktif
- Mengandung dan/atau Menyerang SARA
- Mengandung Pornografi

Tidak ada CAPTCHA dan Moderasi Komentar di sini.

 
Copyright © 2008 - 2014 Komunitas Filsafat™.
TOS - Disclaimer - Privacy Policy - Sitemap XML - DMCA - All Rights Reserved.
Hak Paten Template pada Creating Website - Modifikasi oleh Gaosur Rohim.
Didukung oleh Blogger™.